Poros Warta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Rabu diperkirakan mengalami pergerakan yang bervariasi. Faktor domestik maupun global menjadi pemicu fluktuasi indeks pada perdagangan hari ini.
Saat sesi pembukaan, IHSG mengalami penguatan sebesar 58,87 poin atau naik 0,89 persen sehingga mencapai posisi 6.645,96. Sementara itu, indeks LQ45 yang terdiri dari 45 saham unggulan juga mengalami peningkatan sebesar 4,71 poin atau 0,63 persen, sehingga berada pada posisi 752,41.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas menyatakan bahwa tren penguatan IHSG diperkirakan masih berlanjut dalam perdagangan hari ini. Hal tersebut disampaikan dalam kajian yang dirilis di Jakarta pada Rabu, yang menyoroti bahwa meskipun pergerakan indeks cenderung variatif, potensi kenaikan masih terbuka.
Dari dalam negeri, salah satu faktor yang menjadi perhatian utama para pelaku pasar adalah pembentukan Danantara. Isu mengenai kebijakan tersebut mendapatkan tanggapan yang beragam. Sentimen negatif yang berkembang terkait pengelolaan dan kinerja Sovereign Wealth Fund (SWF) di beberapa negara tetangga telah memberikan pengaruh terhadap reaksi investor di pasar modal Indonesia.
Sementara itu, dari faktor eksternal, kondisi perekonomian Amerika Serikat juga turut memengaruhi pergerakan IHSG. Kepercayaan konsumen di negara tersebut mengalami penurunan signifikan pada Februari 2025. Padahal, konsumsi masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong sekitar 70 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) AS.
Indeks keyakinan konsumen yang dirilis oleh The Conference Board menunjukkan penurunan bulanan terbesar sejak Agustus 2021. Kondisi ini mencerminkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi yang dihadapi masyarakat AS. Salah satu indikatornya adalah turunnya ekspektasi jangka pendek sebesar 11,3 persen, yang bahkan berada di bawah ambang batas resesi. Hal ini semakin menguatkan kekhawatiran masyarakat terhadap dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan Presiden Donald Trump.
Di kawasan Eropa, bursa saham mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa (25/2/2025). Saham sektor perbankan dan perawatan kesehatan menjadi pendorong utama penguatan tersebut, meskipun sektor teknologi masih mengalami pelemahan.
Sebaliknya, di Amerika Serikat, indeks saham Wall Street ditutup dengan pergerakan yang beragam pada hari yang sama. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mengalami pelemahan ke level terendah dalam satu bulan terakhir. Kondisi ini diperburuk oleh laporan mengenai kepercayaan konsumen yang melemah, sehingga meningkatkan ketidakpastian terhadap prospek ekonomi di masa depan.
Selama empat sesi perdagangan berturut-turut, indeks S&P 500 dan Nasdaq terus mengalami penurunan, sementara indeks Dow Jones Industrial Average berhasil berakhir di zona hijau. Dow mengalami kenaikan sebesar 159,95 poin atau 0,37 persen ke level 43.621,16. Di sisi lain, S&P 500 justru melemah 28,00 poin atau 0,47 persen ke level 5.955,25, sementara Nasdaq Composite turun 260,54 poin atau 1,35 persen ke angka 19.026,39.
Dalam komposisi sektor di S&P 500, sektor jasa komunikasi mengalami penurunan paling tajam, sementara sektor consumer staples mencatatkan kenaikan persentase tertinggi.
Selain itu, pergerakan indeks saham di bursa regional Asia pada pagi ini juga menunjukkan tren yang bervariasi. Indeks Nikkei mengalami pelemahan sebesar 432,07 poin atau 1,13 persen sehingga berada pada level 37.805,72. Sebaliknya, indeks Shanghai mengalami penguatan sebesar 21,71 poin atau 0,65 persen ke posisi 3.367,75.
Di kawasan Asia Tenggara, indeks saham di Bursa Kuala Lumpur naik 11,37 poin atau 0,73 persen ke angka 1.579,40. Namun, kondisi berbeda terjadi di Singapura, di mana indeks Strait Times justru melemah sebesar 3,83 poin atau 0,10 persen ke angka 3.912,04.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Sentimen global seperti melemahnya kepercayaan konsumen di AS serta dinamika bursa saham di Eropa dan Asia terus menjadi perhatian utama investor dalam menentukan strategi investasi mereka. Dengan kondisi yang masih fluktuatif, para pelaku pasar diharapkan tetap mencermati berbagai perkembangan ekonomi guna mengambil keputusan investasi yang tepat.
