Dampak Perang Dagang, Rupiah Melemah di Tengah Tekanan Global

Dampak Perang Dagang, Rupiah Melemah di Tengah Tekanan Global

Poros Warta – Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan yang dipengaruhi oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap risiko perang dagang. Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa kondisi ini tidak hanya terjadi pada rupiah, tetapi juga dialami oleh sebagian besar mata uang utama di kawasan Asia. Ia mengungkapkan bahwa pelemahan tersebut terjadi karena meningkatnya sentimen negatif yang kembali muncul terkait ketegangan perdagangan global.

Ketegangan tersebut dipicu oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump, yang mengancam akan menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap mobil dan berbagai produk impor lainnya dari Uni Eropa (UE). Ancaman tersebut diklaim muncul karena AS merasa bahwa kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Uni Eropa merugikan negaranya.

Merespons pernyataan tersebut, Juru Bicara Komisi Eropa menegaskan bahwa UE merupakan mitra dagang terbesar ketiga bagi AS. Selain itu, ia juga menyatakan bahwa blok tersebut siap mengambil langkah tegas serta segera dalam menghadapi hambatan perdagangan yang dinilai tidak adil. Pernyataan tersebut mengindikasikan adanya kemungkinan tindakan balasan yang dapat memperburuk situasi perdagangan global.

Di sisi lain, pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah juga mengalami perubahan. Pada tanggal 27 Februari, imbal hasil seri acuan untuk tenor 5 tahun tercatat sebesar 6,77 persen dengan kenaikan 9 basis poin (bps), sementara tenor 10 tahun mencapai 6,92 persen dengan kenaikan 6 bps. Selain itu, imbal hasil tenor 15 tahun dan 20 tahun masing-masing berada di level 7,03 persen dan 7,04 persen dengan kenaikan 2 bps.

Sementara itu, kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah hingga 24 Februari 2025 tercatat mencapai Rp893,3 triliun atau sekitar 14,5 persen dari total obligasi yang beredar. Data tersebut menunjukkan adanya arus masuk bersih sebesar Rp12 triliun secara bulanan dan Rp16,7 triliun sejak awal tahun.

Josua Pardede memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak di kisaran Rp16.425 hingga Rp16.550 pada perdagangan hari Jumat. Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang masih dipengaruhi oleh ketidakpastian global dan sentimen investor terhadap perkembangan perang dagang.

Pada awal perdagangan hari Jumat di Jakarta, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 89 poin atau sekitar 0,54 persen. Dengan demikian, rupiah dibuka pada level Rp16.543 per dolar AS, melemah dibandingkan dengan posisi sebelumnya di Rp16.454 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini menunjukkan bahwa investor masih mencermati kondisi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian. Tekanan terhadap mata uang rupiah diperkirakan akan terus berlanjut selama ketegangan perang dagang masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan pasar.

Dalam kondisi seperti ini, investor dan pelaku pasar keuangan diharapkan dapat mengambil keputusan yang lebih berhati-hati. Faktor-faktor eksternal, termasuk kebijakan perdagangan AS dan respons dari Uni Eropa, akan menjadi penentu utama terhadap arah pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu ke depan.

Secara keseluruhan, pelemahan rupiah yang terjadi mencerminkan dampak dari ketidakstabilan ekonomi global. Dengan adanya ketegangan perdagangan yang terus meningkat, stabilitas pasar keuangan akan sangat bergantung pada kebijakan yang diterapkan oleh negara-negara besar dalam meredam dampak negatif dari perselisihan perdagangan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *