Ngaji Budaya: Pendekatan Kultural dalam Menyebarkan Nilai Deklarasi Istiqlal

Ngaji Budaya: Pendekatan Kultural dalam Menyebarkan Nilai Deklarasi Istiqlal

Poros Warta – Kementerian Agama Republik Indonesia menyelenggarakan acara bertajuk Ngaji Budaya dengan tema “Deklarasi Istiqlal dalam Perspektif Budaya” di Jakarta pada hari Rabu. Acara ini bertujuan untuk mengajak generasi muda, baik mahasiswa maupun santri, agar dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Deklarasi Istiqlal melalui pendekatan kebudayaan.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, mengungkapkan bahwa agama selalu memiliki keterbukaan terhadap budaya. Ia menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan salah satu instrumen paling efektif dalam membentuk serta mengubah tatanan masyarakat. Melalui pendekatan budaya, transformasi sosial dapat terjadi secara lebih alami dan mudah diterima oleh berbagai kalangan.

Acara ini menghadirkan beberapa narasumber terkemuka, antara lain akademisi sekaligus filolog Oman Fathurrahman, budayawan dari Lesbumi NU Susi Luvaty, serta Koordinator Staf Khusus Menteri Agama, Faried F. Saenong. Ketiga tokoh tersebut memberikan wawasan mengenai keterkaitan antara Islam dan budaya yang terdapat dalam Deklarasi Istiqlal. Mereka juga menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara keduanya guna menciptakan peradaban yang lebih inklusif dan harmonis.

Selain menekankan pentingnya hubungan antara Islam dan budaya, forum ini juga bertujuan untuk mendorong pelestarian kebudayaan Islam Nusantara. Dengan adanya ruang diskusi seperti ini, ulama, budayawan, serta masyarakat umum dapat saling bertukar pemikiran mengenai cara mempertahankan kearifan lokal tanpa bertentangan dengan ajaran agama.

Abu Rokhmad menambahkan bahwa pendekatan berbasis budaya menjadi salah satu cara yang paling efektif dalam membangun karakter masyarakat. Ia menjelaskan bahwa seni dan budaya sudah lama menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan keagamaan masyarakat Indonesia. Tradisi yang menggabungkan unsur agama dan budaya, seperti penggunaan musik, tarian, hingga sastra dalam acara keagamaan, telah mendapatkan respons positif dari masyarakat.

Menurutnya, manusia secara alami memiliki ketertarikan terhadap keindahan dan makna yang terkandung dalam seni. Oleh sebab itu, pesan yang disampaikan melalui pendekatan budaya cenderung lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat luas.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa strategi dakwah yang berbasis kebudayaan selaras dengan visi Indonesia Emas 2045. Pada masa depan, bangsa Indonesia diharapkan menjadi masyarakat yang tidak hanya maju dan berdaya saing, tetapi juga tetap berakar pada nilai-nilai spiritual dan kebudayaan. Melalui perpaduan antara agama dan budaya, diharapkan dapat tercipta peradaban yang harmonis, inklusif, serta mampu menghadapi berbagai tantangan zaman.

Acara Ngaji Budaya ini memberikan pesan yang kuat mengenai pentingnya penyebaran nilai-nilai Islam dengan cara yang lebih berkebudayaan. Dakwah yang dikemas melalui seni, sastra, dan kebudayaan diyakini mampu mengantarkan masyarakat Indonesia menuju tujuan besar yang telah dirancang dalam visi Indonesia Emas 2045.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *