Poros Warta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor utama yang saling berhubungan dalam mendukung layanan bank emas (bullion bank) sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui layanan ini, diperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dapat bertambah hingga Rp245 triliun.
Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam pernyataan resminya di Jakarta pada Jumat, menjelaskan bahwa alasan pertama berkaitan dengan keberadaan emas yang dimiliki masyarakat dalam jumlah besar, mencapai sekitar 1.800 ton, tetapi masih berada di luar sistem keuangan formal. Pemerintah pun berupaya untuk menarik emas tersebut ke dalam ekosistem perbankan, sehingga dapat dimanfaatkan secara produktif.
Menurutnya, masyarakat didorong untuk menyimpan emasnya di bank emas agar aset tersebut dapat dimonetisasi dan dimanfaatkan sebagai bagian dari likuiditas pembangunan. Dengan adanya tambahan likuiditas ini, pertumbuhan ekonomi nasional dapat dipercepat, sehingga berdampak positif pada berbagai sektor.
Selain itu, faktor kedua berkaitan dengan pemanfaatan cadangan emas dalam negeri untuk produksi barang turunan. Dengan adanya optimalisasi ini, nilai tambah dari emas yang diolah di dalam negeri dapat meningkat secara signifikan.
Keberadaan bank emas juga memungkinkan Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku emas dalam volume besar. Jika kebutuhan emas di dalam negeri dapat terpenuhi melalui cadangan yang telah disimpan di bank emas, maka sektor industri pun dapat berkembang lebih efisien.
Lebih lanjut, diperkirakan bahwa optimalisasi bank emas akan mampu menciptakan tambahan lapangan kerja bagi sekitar 1,8 juta orang. Dari sisi ekonomi, langkah ini juga diyakini akan mendorong pertumbuhan PDB hingga Rp245 triliun, yang menjadi kontribusi besar bagi perekonomian nasional.
Sebagai induk holding ultra mikro (Holding UMi) yang mencakup Pegadaian dan PNM, BRI turut berperan dalam memfasilitasi transaksi ekosistem bank emas, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaannya. Dalam hal ini, transaksi emas dapat dilakukan melalui BRI atau Pegadaian, yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi di sektor ini.
Fitur investasi emas yang telah diperkenalkan oleh BRI melalui super apps BRImo juga menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam mendukung ekosistem bank emas. Fitur ini memungkinkan masyarakat untuk mulai berinvestasi emas dengan nominal yang terjangkau, yaitu mulai dari Rp10.000.
Sejak pertama kali diluncurkan pada Februari 2024, fitur investasi emas dalam BRImo telah mencatat volume transaksi yang cukup signifikan, yakni mencapai Rp279,8 miliar hingga Desember 2024.
Pada Rabu (26/2), layanan bank emas yang dikelola oleh Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI) telah resmi diperkenalkan kepada publik. Peresmian ini dilakukan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam sebuah acara yang berlangsung di The Gade Tower, Jakarta.
Dalam sambutannya, Presiden menyatakan bahwa bank emas diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan PDB nasional serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat. Ia juga menegaskan bahwa layanan ini memiliki potensi untuk menambah sekitar Rp245 triliun ke dalam perekonomian negara.
Selain itu, Presiden menyoroti peningkatan produksi emas dalam negeri, yang kini telah naik dari 100 ton menjadi 160 ton per tahun. Dengan adanya peningkatan ini, ia menilai bahwa saat ini merupakan momen yang tepat untuk memperbaiki ekosistem pelayanan emas agar lebih optimal dalam mendukung perekonomian nasional.
Keberadaan bank emas menjadi langkah strategis dalam memastikan bahwa cadangan emas Indonesia dapat dikelola dengan lebih baik, tidak hanya sebagai aset simpanan, tetapi juga sebagai instrumen yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Dengan langkah ini, pemerintah dan perbankan berupaya menciptakan sistem keuangan yang lebih inklusif serta memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.