Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Kurs Rupiah: Apa yang Perlu Diketahui?

Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Kurs Rupiah: Apa yang Perlu Diketahui?

Poros Warta – Pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Kanada dan Meksiko. Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar uang, menjelaskan bahwa kebijakan tarif tersebut akan tetap dijalankan sesuai dengan rencana. Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump, sempat menandatangani sebuah perintah eksekutif pada awal Februari yang mengharuskan pemberlakuan tarif sebesar 25 persen terhadap impor dari Kanada dan Meksiko. Namun, pelaksanaan kebijakan tersebut ditangguhkan selama 30 hari.

Meskipun adanya penundaan tersebut, Trump masih bersikukuh untuk melanjutkan kebijakan tarif ini. Pernyataan dari Trump yang mengonfirmasi bahwa tarif terhadap kedua negara tersebut akan diterapkan sesuai dengan rencana sempat mencuri perhatian pasar. Keputusan ini memicu reaksi di pasar uang dan memberikan dampak pada nilai tukar berbagai mata uang, termasuk rupiah.

Selain kebijakan tarif, faktor lain yang turut berperan dalam pelemahan rupiah adalah pandangan dari petinggi Bank Sentral AS, Austan Goolsbee, mengenai kebijakan Trump. Goolsbee memberikan isyarat bahwa kebijakan tarif ini dapat meningkatkan inflasi di AS, yang pada gilirannya bisa membuat Federal Reserve (The Fed) memilih untuk menahan suku bunga acuan. Sentimen ini memberikan dorongan positif bagi dolar AS, yang menyebabkan rupiah semakin tertekan.

Pada pagi hari perdagangan di Jakarta, indeks dolar AS tercatat berada di level 106,75, lebih tinggi dibandingkan dengan level sebelumnya yang berada di kisaran 106,26. Hal ini menunjukkan adanya kekuatan pada mata uang dolar yang berimbas pada pelemahan rupiah.

Pergerakan nilai tukar rupiah juga tercatat mengalami penurunan pada pembukaan perdagangan hari Selasa, dengan rupiah melemah 14 poin atau setara dengan 0,09 persen menjadi Rp16.292 per dolar AS, dibandingkan dengan sebelumnya yang berada di angka Rp16.278 per dolar AS. Menurut Ariston, kemungkinan besar nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah lebih jauh, dengan prediksi berada di kisaran Rp16.280 hingga Rp16.300. Namun, ada juga potensi support di sekitar Rp16.230, yang dapat membatasi pelemahan lebih lanjut.

Melihat perkembangan ini, para pelaku pasar uang terus memantau setiap langkah kebijakan yang diambil oleh pemerintah AS, terutama terkait dengan keputusan tarif dan dampaknya terhadap ekonomi global. Kondisi ini tentu saja memberikan tantangan bagi perekonomian Indonesia, yang harus menghadapi tekanan dari pelemahan rupiah yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Kebijakan tarif AS terhadap Kanada dan Meksiko ini menjadi salah satu isu penting yang perlu diwaspadai oleh para pelaku pasar, mengingat dampaknya yang bisa meluas ke berbagai sektor ekonomi, termasuk nilai tukar rupiah. Keputusan-keputusan lebih lanjut dari pemerintah AS dan langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral AS akan terus memengaruhi dinamika pasar uang dan nilai tukar di masa depan.

Untuk masyarakat Indonesia, ini menjadi saat yang penting untuk memperhatikan perkembangan kurs rupiah dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal inflasi dan daya beli. Dengan adanya ketidakpastian global yang ditimbulkan oleh kebijakan luar negeri AS, penting untuk terus mengikuti berita dan analisis pasar yang dapat membantu dalam menghadapi fluktuasi ekonomi yang terjadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *